Pages

Kamis, 24 Desember 2015

Mengupas Perbedaan S1 dan S2 hingga S3

Di tahun awal menjadi mahasiswa S1, kita belajar hal-hal dasar di pengetahuan alam dan sosial. Misalnya matematika dasar, fisika atau kimia dasar, psikologi universitas, etika masyarakat, pendidikan agama, dan pendidikan jasmani. Kemudian di semester-semester lanjut, kita belajar mengenai jurusan secara lebih detail dan mendalam.
Misalnya saja seperti saya yang di bidang elektro. Ketika di sekolah menengah dan tahun pertama dan kedua mahasiswa, saya hanya belajar mengenai rangkaian listrik, koil dan induktansi, bilangan kompleks dan sebagainya. Di tahun ketiga saya belajar tentang transformator, motor listrik, pembangkit listrik dan jaringan transmisi distribusi. Di sinilah saya mengetahui manfaat belajar rangkaian listrik di tahun sebelumnya. Ketika belajar dan melihat transformator, saya mengetahui bahwa listrik dihubungkan lewat medan listrik. Ketika menyentuh motor listrik, saya paham menapa koil menjadikan perbedaan fase dan pentingnya belajar bilangan kompleks. Semua mata kuliah jadi terhubung satu sama lain. Tahun ketiga dan keempat menjadi sangat asyik.  Buat teman-teman yang tidak terlalu memperhatikan pelajaran di tahun awal, tahun ketiga tentu menjadi tahun yang sulit untuk diikuti. Sulit karena mengabaikan hal-hal dasar.

Di tahun terakhir, kita ditugaskan untuk merangkum seluruh hasil pendidikan dalam sebuah makalah pendidikan bernama skripsi. Sebetulnya di sinilah kita belajar sekaligus mempraktekkan segala pengetahuan akademis dan teknis yang didapat selama berkuliah, sambil menerima dorongan dan tuntunan dosen untuk membentuk pola pikir yang sistematis.

Lulusan program S1 memiliki dan menguasai suatu disiplin ilmu atau metode berpikir di bidangnya dan bisa menerapkan ilmunya untuk persoalan yang generik atau umum yang sudah pernah diajarkan. Lulusan program S1 inilah yang kemudian menempati posisi-posisi di kantor pemerintahan dan perusahaan yang khusus ada di satu bidang. Misalnya saja PLN untuk lulusan teknik elektro, Telkom untuk lulusan teknik sistem informasi atau komputer, dan sebagainya.

Program pendidikan S2 lebih fokus dibandingkan program S1. Karena sudah menguasai bidang penelitian dasar, mahasiswa S2 akan langsung memulai memperdalam bidang penelitian. Mengetahui permasalahan apa yang dihadapi, bagaimana menemukan pemecahannya, bagaimana membuktikan pemecahan itu benar lewat serangkaian percobaan dan penelitian.

Kalau dibilang secara singkat, mahasiswa S2 punya cara berpikir yang strategis. Menggunakan pengetahuan dan pengalaman dasar yang dimiliki untuk memperkirakan hubungan sebab-akibat. Memiliki visi ke depan, bagaimana menemukan penyelesaian atas suatu masalah. Sedangkan mahasiswa S1 lebih ke taktis atau bagaimana menyelesaikan masalah-masalah umum di lapangan.

Mahasiswa S2 dalam penelitiannya pasti menemukan masalah baru lagi, masalah baru dan belum pernah ditemukan sebelumnya. Di sinilah insting dan visi diperlukan, bagaimana caranya merumuskan pokok masalah, memberikan desain inovasi baru, merancang penelitian dan membuktikan bahwa inovasinya tepat dan benar secara ilmiah.
Perbedaan S1 dan S2 : Cara Berpikir

Kita telah melihat perbedaan S1 dan S2. Perbedaannya sebenarnya hanya terdapat pada ada tidaknya kesempatan untuk mengembangkan pola pikir. Dan perbedaan ini sebetulnya tidaklah pantas dijadikan pemisah, malah justru harus sinergi dan melengkapi satu sama lainnya. Mahasiswa S1 mengerjakan bidang-bidang umum dan kemudian menemukan masalah. Masalah inilah yang dikomunikasikan dan kemudian diteliti oleh mahasiswa S2. Ketika menemukan inovasi atau pemecahan masalahnya, hasilnya bisa segera dikomunikasikan dan diterapkan di lapangan. Sinergi dan saling membantu satu sama lainnya.

Jadi sayang sekali kalau masih ada dari teman-teman yang berpikir S2 adalah bagi mereka yang ingin menjadi dosen dan tinggal di ruang penelitian. Program S2 mengijinkan kita untuk bersinggungan dengan teknologi baru yang belum tersentuh, merumuskan permasalahan, dan mengajukan jalan keluar. Lebih dari itu, program S2 membentuk pola pikir kita lebih jauh ke depan, memikirkan hal-hal strategis.

Buat teman-teman yang berkesempatan melanjutkan pendidikan ke program S2 atau Master, selamat! Teman-teman punya kesempatan mengembangkan teknologi dan juga mengembangkan diri dan pola pikir. Pola pikir ke depan, memperkirakan masa depan, dan memimpin orang lain lewat visi yang dimiliki. Dan semoga visi maju ini yang bisa membantu negeri ini semakin maju ke depannya.

Sebagai seorang mahasiswa, mungkin ada sebagian dari kita yang menjalani kegiatan kuliah hanya untuk mengikuti “arus” yang sudah ada saja. Sebagian dari kita, mungkin ada yang apabila ditanya “Apakah perbedaan jenjang S1 dengan S2 ?” hanya dapat menggelengkan kepala tidak tahu saja dan melengang tak peduli. Padahal sebagai mahasiswa sudah seharusnya bagi kita untuk berpikir lebih kritis tentang pertanyaan-pertanyaan kecil di sekitar kita. Maka berikut ini, ada sedikit deskripsi yang mungkin dapat membantu teman-teman mahasiswa lebih mengerti apakah perbedaan antara jenjang S1, S2. Happy reading

1. S1 bercakupan lebih luas. Saat menempuh pelajaran untuk meraih gelar di S1, mahasiswa S1 membangun landasan akademis dan pengenalan terhadap jurusannya. Oleh karena itu, di semester-semester awal diwajibkan untuk mengambil ilmu-ilmu dasar misalnya Fisika Dasar, Kalkulus, dan lain sebagainya. Mahasiswa S1 belajar untuk menjadi seorang intelektual, bagaimana berpikir dari sisi keilmuan dan akademis. Kemudian di semester-semester lanjut, mata kuliah yang dipelajari akan lebih spesifik tergantung kepada jurusan yang diambil seperti sistem kualitas dan sistem produksi jika pada jurusan Teknik Industri. Selain itu, mahasiswa S1 juga membuat skripsi yang ditujukan untuk membuktikan secara komprehensif pengetahuan yang sudah dipelajari selama kuliah secara akademis. Selain itu, hal yang paling penting dari pembuatan skripsi adalah membentuk pola berpikir sistematis: Pendahuluan, latar belakang, permasalahan, metodologi, hipotesa, hasil penelitian, kesimpulan, dan bibliografi. Dengan begitu, S1 membentuk mahasiswa untuk berpikir secara sistematis dan metodologis.

2. S2 lebih fokus. Dibandingkan dengan S1, S2 lebih fokus dalam jurusannya. Karena itu lulusannya disebut Master of Science misalnya. Mahasiswa S2 harus menguasai bidang yang dipelajari. Mahasiswa S2 tidak mempelajari hal-hal dasar lagi, tapi sudah lebih lanjut.

Perbedaan Kuliah S1, S2, dan S3

Mungkin banyak yang bertanya, sebenarnya apa sih perbedaan antara kuliah S1(bachelor), S2(magister), dan S3(doctoral)? Berikut ini saya akan meringkas beberapa tulisan yang tersebar di internet yang mencoba untuk menjawab pertanyaan diatas. Mungkin sebagian jawaban hanya sekedar personal view, akan tetapi saya yakin kita dapat mengambil manfaat darinya.

Kembali kepada pertanyaan, apa sih perbedaan Kuliah S1, S2, S3?
–          S1 bersifat lebih umum dan memiliki cangkupan yang lebih luas. Pada jenjang S1 akan mempelajari hal-hal yang sifatnya dasar. Tujuan utamanya untuk mengenalkan mahasiswa pada bidang/jurusan yang ia minati dan membekalinya untuk berfikir sistematis. Jenjang  S2 bersifat lebih fokus. Mahasiswa S2 dididik untuk menguasai (bukan sekedar mengenal) bidang yang ia minati. Adapun jenjang S3 ditujukan untuk menghasilkan individu-individu yang mampu mengembangkan bidang minat tersebut.  Mahasiswa S3 diarahkan untuk dapat melakukan penelitian sencara mandiri.
–          Dalam bahasa yang sederhana di S1 mahasiswa mempelajari (satu atau lebih) metode, di S2 mahasiswa mengembangkan metode, sedangkan di S3 mahasiswa menghasikan metode (baru). Oleh karena itu, Tugas Akhir mahasiswa S1 adalah mengaplikasikan suatu metode untuk menyelesaikan sebuah persoalan, Tesis S2 mengembangkan metode yang spesifik agar dapat diaplikasikan untuk persoalan yang lebih luas, sedangkan disertasi S3 menghasilkan metode baru yang lebih baik daripada metode yang sudah ada sebelumnya.
–          Beda lulusan S1, S2 dan S3 adalah cara berpikirnya yang berbeda. S2 lebih memikirkan hal-hal yang sifatnya strategis dan akibatnya, lebih jauh ke depan. Karena itu lulusan S2 biasanya mendapat pekerjaan dengan posisi yang lebih tinggi, dibandingkan S1. Lulusan S1 lebih banyak di tingkat taktis, oleh karena itu biasanya mereka berada di lapangan dan mengerjakan hal-hal yang taktis, bukan strategis. Lulusan D3, lebih taktis lagi, biasanya dibagian-bagian lapangan, dan sifatnya praktis. Pendidikan doktoral (S3) dimaksudkan untuk menghasilkan peneliti. Para doktor akan mempelajari, merenungi dan melakukan penelitian untuk menemukan hal / masalah, yang bagi orang lain sebenarnya masalah itu tidak ada, tapi mereka mempunyai kemampuan untuk “melihat” masalah yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Setelah itu, mereka melakukan usaha, penelitian untuk mencari solusi / jalan keluar dari hal / masalah yang dicoba untuk dilihatnya tadi .
–          Pendidikan sarjana (S1) harusnya mengajarkan khasanah ilmu yang ada sehingga ia menjadi orang yang terdidik. Diharapkan lulusan S1 dapat menerapkan ilmunya untuk persoalan-persoalan yang generik. Artinya jenis persoalan yang memang sudah pernah diajarkan. Pendidikan magister (S2) adalah kelanjutan dari pendidikan S1. Ia mengusai state of the art dan best practices di bidangnya. S2 semacam lisensi untuk mempraktekkan profesi bidang ini. Pendidikan doktoral (S3) dimaksudkan untuk menghasilkan peneliti. Peneliti adalah orang yang senang mencari kemudian mengkodifikasi pengetahuan baru. Jadi syarat pertama seorang doktor sebenarnya adalah keinginan menulis pengetahuan baru. Syarat kedua, tentu keinginan tahu serta kegigihan untuk menggunakan metoda riset untu k mencari pengetahuan baru.
–         Yang lain mengatakan bahwa lulusan S1 menguasai aksiologi ilmu (penggunaan ilmu). Lulusan S2 lebih menekankan penguasaan komponen epistemologi ilmu yang meliputi sumber, sarana, dan tatacara menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan ilmiah. Sedang S3 diharapkan tidak hanya sekedar menguasai komponen aksiologi dan epistemologi ilmu tetapi lebih dari itu masuk pada ontologi ilmu yang meliputi apa hakikat atau bentuk yang hakiki dari ilmu, kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah tersebut.

Perbedaan Penelitian S1 dan S2, + S3

Skripsi dijadikan syarat kelulusan di program S-1  dengan maksud memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan bahwa dia dapat menerapkan langkah-langkah pendekatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan dan melaporkannya secara tertulis.  Biasanya, dalam skripsi tidak dituntut adanya sintesis baru atau penemuan baru.Thesis dijadikan syarat kelulusan di program S-2 dengan maksud memberikan kesempatan kepda mahasiswa untuk menunjukkan bahwa dia dapat mebuat suatu sintesis baru atau penerapan pengetahuan yang sudah ada, dan melaporkannya secara tertulis.Disertasi dijadikan syarat kelulusan di program S-3 dengan maksud memberikan kesempatan kepda mahasiswa untuk menunjukkana bahwa dia memahami (mengikuti) perkembangan mutakhir pengetahuan ilmiah di bidang ilmunya  dan memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu itu melalui penemuan baru yang orisinal yang dilaporkannya secara tertulis (http://www.pendidikanislam.net/index.php/untuk-siswa-a-mahasiswa/40-penelitian/60-skripsi-apakah-itu).

Pada dasarnya skripsi mahasiswa S1 merupakan ajang latihan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian secara obyektif. Oleh karena baru pertama sekali meneliti maka mahasiswa S1 ini sangat membutuhkan bimbingan dosen agar tidak melakukan kesalahan fatal yang menyebabkan mereka harus mengulang. Tesis S2 merupakan ajang peningkatan kemampuan mahasiswa dalam meneliti dan diharapkan mahasiswa sudah mampu meneliti dengan bimbingan yang minimal dari dosen. Desertasi S3 merupakan pembuktian kemampuan mahasiswa S3 dalam meneliti secara mandiri.
Secara sederhana, skripsi itu menjawab apa, tesis menjawab apa dan mengapa, Dan disertasi itu menjawab apa, mengapa dan bagaimana. Contoh tentang penelitian daun katuk dalam menurunkan kolesterol telur. Skripsi hanya menjawab pertanyaan apakah daun katuk menurunkan kolesterol telur? Tesis itu menjawab dua pertanyaan, yaitu a) apakah daun katuk menurunkan kolesterol telur dan; b) mengapa daun katuk menurunkan kolesterol. Disertasi menjawab 3 pertanyaan, yaitu: a) apakah daun katuk menurunkan kolesterol telur?; b) mengapa daun katuk menurunkan kolesterol telur? Dan; c) bagaimana cara (mekanisme) daun katuk menurunkan kolesterol telur?
Seringkali dosen pembimbing lupa akan hal tersebut, sehingga sering meminta mahasiswa meneliti lebih dari seharusnya. Apa alasannya? Pertama, mungkin dikarenakan ketidaktahuannya dan pengalamannya sebagai mahasiswa dulu juga seperti itu. Sebagai contoh, dosen pembimbing meminta mahasiswa S1 untuk menjawab selain apa juga mengapa. Kedua, dosen pembimbing sudah tahu hal ini tetapi dikarenakan ia menginginkan data penelitian lebih, maka ia memaksakannya pada mahasiswa bimbingannya. Mungkin sang dosen bermaksud data tersebut akan dipublikasikan dimana ia sebagai penulis utamanya. Mungkin juga dosen mempunyai alasan yang lain.
Apapun alasannya, sesungguhnya dosen tidak dibenarkan untuk memaksa mahasiswa di luar ketentuan atau kesepakatan yang berlaku. Jika menginginkan data yang lebih akurat dan lebih banyak untuk menjawab permasalahan yang ada, maka sebaiknya dosen membuat proposal penelitian sendiri dan mengajukannya ke Dikti atau ke penyandang dana lainnya. Ia harus berkompetisi untuk memperoleh dana penelitian.
Tabel 1.  Perbedaan Umum antara Skripsi, Tesis dan Disertasi
NoAspekSkripsiTesisDisertasi
1Jenjang S1S2S3 (tertinggi)
2Permasalahan Dapat diangkat dari pengalaman empirik, tidak mendalamDiangkat dari pengalaman empirik, dan teoritik, bersifat  mendalamDiangkat dari kajian teoritik yang didukung fakta empirik, bersifat sangat mendalam
3Kemandirian penulis 60% peran penulis, 40% pembimbing80% peran penulis, 20% pembimbing90% peran penulis, 10% pembimbing
4Bobot Ilmiah Rendah – sedangSedang – tinggi.  Pendalaman / pengembangan terhadap teori dan penelitian yang adaTinggi, Tertinggi dibidang akademik.   Diwajibkan mencari terobosan dan teori baru dalam bidang ilmu pengetahuan
5Pemaparan Dominan deskriptifDeskriptif dan AnalitisDominan analitis
6Model Analisis Rendah – sedangSedang – tinggiTinggi
7Jumlah rumusan masalah Sekitar 1-2Minimal 3Lebih dari 3
8Metode / Uji statistik Biasanya  memakai uji Kualitatif / Uji deskriptif, Uji statistik parametrik (uji 1 pihak, 2 pihak), atau Statistik non parametrik (test binomial, Chi kuadrat, run test), uji hipotesis komparatif, uji hipotesis asosiatif, Korelasi, Regresi, Uji beda, Uji Chi Square, dllBiasanya memakai uji Kualitatif  lanjut  /  regresi ganda, atau korelasi ganda, mulitivariate, multivariate lanjutan (regresi dummy, data panel, persamaan simultan, regresi logistic, Log linier analisis,  ekonometrika static & dinamik, time series ekonometrik) Path analysis, SEMSama dengan tesis dengan metode lebih kompleks, berbobot yang bertujuan mencari terobosan dan teori baru dalam bidang ilmu pengetahuan
9Jenjang Pembimbing/ Penguji Minimal MagisterMinimal Doktor dan Magister yang berpengalamanMinimal Profesor dan Doktor  yang berpengalaman
10Orisinalitas penelitian Bisa replika penelitian orang lain, tempat kasus berbedaMengutamakan orisinalitasHarus orisinil
11Penemuan hal-hal yang baruTidak harusDiutamakanDiharuskan
12Publikasi hasil penelitian Kampus Internal dan disarankan nasionalMinimal NasionalNasional dan Internasional
13Jumlah rujukan / daftar pustakaMinimal 20Minimal 40Minimal 60
14Metode / Program statistik yang biasa digunakan Kualitatif / Manual, Excel, SPSS dllKualitatif lanjut / SPSS, Eview, Lisrel, Amos dllKualitatif lanjut / SPSS, Eview, Lisrel, Amos dll
Sumber :  Agung Wahyudi Biantoro,  Metode Penelitian Ekonomi Islam, 2009

0 komentar:

Posting Komentar